Flying Whales, Balon Udara Logistik yang Mampu Angkut Barang Seberat 60 Ton

Dikutip dari Forest Insights, Flying Whales dengan airship LCA60T mampu mengangkut barang dengan beban seberat 60 ton.

 

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, telah membangun sistem transportasi darat, laut, dan udara yang sangat kompleks, didukung oleh jaringan komunikasi Palapa Ring.

 

Namun, tantangan besar masih ada. Biaya logistik di Indonesia tetap tinggi karena luasnya wilayah negara ini. Sekitar 14% dari Produk Domestik Bruto (PDB) digunakan untuk logistik, meskipun sudah turun dari sekitar 24% beberapa tahun yang lalu. Bandingkan dengan negara lain yang hanya mengeluarkan 9%-12% dari PDB mereka untuk logistik.

 

Masalah ini semakin memburuk ketika harus mengirim barang ke wilayah-wilayah terluar, terdepan, dan terbelakang di Kepulauan Nusantara, di mana infrastruktur belum sepenuhnya dikembangkan.

Untuk mengatasi masalah ini, telah diusulkan penggunaan balon udara raksasa bernama Flying Whales. Ini adalah inovasi terbaru dalam dunia transportasi logistik. Balon udara ini memiliki panjang 200 meter dan mampu mengangkut barang seberat 60 ton. Dengan menggunakan gas helium yang sangat ringan, balon ini bisa melayang di udara dan mengangkat barang besar berukuran hingga 96 meter panjang, 8 meter lebar, dan 7 meter tinggi.

 

Ide ini diusulkan oleh Ir. Teguh Wibowo, yang merupakan perwakilan Flying Whales di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa konsep balon udara ini sudah direncanakan sejak tahun 2012 oleh 50 industri penerbangan global. Setelah studi kelayakan dan pendanaan selama 5 tahun, pada tahun 2017, proyek ini mulai direalisasikan dengan nama Flying Whales.

Diskusi terkait proyek ini digelar di Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) pada tanggal 26 Juni 2024. Ir. Teguh Wibowo, bersama Dr. Agustan dari CTIS, membahas potensi besar balon udara ini untuk mengurangi biaya logistik di Indonesia dan memperluas jangkauan logistik ke wilayah-wilayah sulit di Kepulauan Nusantara.

 

Dengan inovasi seperti Flying Whales, Indonesia berharap dapat mengoptimalkan sistem logistiknya, mengurangi biaya, dan meningkatkan aksesibilitas ke seluruh wilayah negara.

 

Flying Whales adalah proyek inovatif yang mengusung balon udara raksasa untuk transportasi logistik. Didesain dengan mesin propulsi berbaling-baling, balon udara ini bisa terbang dengan kecepatan mencapai 100 km per jam, mencapai ketinggian maksimum 3.000 meter, dan dapat menjangkau radius terbang hingga 1.000 kilometer.

 

Saat ini, proses rancang-bangun dan konstruksi Flying Whales sedang berlangsung. Rencananya, uji terbang perdana dijadwalkan pada tahun 2026, dengan target masuk produksi dan sertifikasi pada tahun 2027.

 

Menurut Teguh, pabrik untuk memproduksi model LCA60T Flying Whales akan dibangun di Perancis, Kanada, dan Australia. Pada tahun 2035, direncanakan akan ada 160 pangkalan layanan Flying Whales di seluruh dunia, termasuk 46 di Asia Pasifik. Di Indonesia sendiri, enam pangkalan Flying Whales akan dibangun di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

 

Keunggulan Flying Whales terletak pada kemampuannya untuk mengatasi tantangan logistik di wilayah terpencil. Misalnya, balon ini bisa mengangkut peti kemas langsung dari kapal ke tujuan tanpa perlu singgah di pelabuhan. Selain itu, Flying Whales dapat digunakan untuk mengangkut material konstruksi seperti menara listrik atau baling-baling pembangkit tenaga bayu, serta membantu evakuasi darurat di wilayah Nusantara yang rawan bencana dengan membawa rumah sakit lapangan yang siap operasional.

 

Dengan adanya proyek ini, diharapkan Indonesia dapat memperbaiki aksesibilitas ke seluruh wilayahnya, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan kemampuan tanggap darurat dalam menghadapi bencana.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *